MANOKWARI, papuaku.com – Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Papua Barat, dr. Arnold Tiniap, M.Epid targetkan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Mamografi sudah bisa beroperasi pada Juli 2024.
Baca Juga : 30 Operator Ikuti Pelatihan Alat Berat
Ia mengatakan pada tahun 2023, Kementerian Kesehatan telah memberikan bantuan dua alat untuk Rumah Sakit Umum Provinsi Papua Barat yakni MRI dan Mamograi. Namun kendati demikian, MRi dan Mamografi masih belum bisa beroperasi karena belum adanya tarif yang sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Papua Barat.
“Tarif yang sesuai dengan Peraturan Gubernur Papua Barat belum mencangkup MRI dan Momografi,” ujarnya, Senin (24/6/2024).
“Untuk mempercepat agar bisa beroperasi, sesuai dengan Permenkes bahwa Peraturan Direktur bisa digunakan dalam kurun waktu 6 bulan sembari merevisi peraturan gubernur. Kalau menunggu revisi Pergub terlalu lama bisa sampai akhir tahun,” sambungnya.
Ia menuturkan bahwa kedua alat tersebut sudah dilakukan uji fungsi. Saat ini, kata dr. Arnold Tiniap. Rumah Sakit Umum Provinsi Papua Barat telah melakukan pelatihan operator alat untuk pengoperasian dan tarifnya.
“Alat yang diakses masyarakat harus ada tarifnya,” tuturnya.
Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Papua Barat mejelaskan bahwa MRI digunakan untuk menunjang kecurigaan para dokter untuk mendiagnosis sebuah penyakit.
“MRI saat ini alat diagnosis yang akurasinya paling tinggi,” jelasnya.
“Kalau ini kita operasikan berarti RSUP Papua Barat adalah rumah sakit pertama yang mengoperasikan MRI di Papua Barat dan Papua Barat Daya,” imbuhnya.
Ia mengungkapkan dengan menggunakan MRI yang memiliki tingkat akurat yang tinggi, pada penyakit Kanker, Stroke, Saraf yang selama ini pemeriksaan dengan alat lain yang belum terlalu jelas, namun dengan MRI sudah hampir pasti hasilnya. Sehingga dokter bisa mengetahui hal-hal yang dicurigai dan menyebabkan kelainan dengan akurat.
“Itu sangat memudahkan dalam mendiagnosis,” bebernya.
Sedangkan untuk alat Mamografi digunakan untuk mendeteksi Kanker Payudara. Mamografi sensitifitasnya lebih tinggi.
“Biasanya pemeriksaan kanker payudara dari pemeriksaan fisik, mengestimasi ukurannya, dan foto rontsen serta CT Scan. Yang paling sensitive adalah mamografi sebab bisa mengetahui luasnya, besarnya dan jaringan padat dan seterusnya,” kata dr. Arnold Tiniap
“Kalau mamografi sudah bisa beroperasi maka sangat membantu dalam pelayanan kanker payudara sebab yang kita ketahui, penyakit kanker payudara salah satu penyakit kanker yang sangat tinggi prevelensinya pada perempuan setelah kanker leher Rahim,” pungkasnya. (papuaku)
Pewarta : Bagus Wicaksono