MANOKWARI, papuaku.com – 11 Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemendikbudristek menjadi inisiator tercetusnya awan penggerak bagi sekolah-sekolah di daerah 3T atau daerah khusus dan salah satu inisiatornya adalah BGP Papua Barat.
Ke 11 UPT Kemendikbudristek yang berasal dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PDM), serta Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) yakni BGP dan BPMP Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Lampung, Sulawesi Utara, serta Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPP MPV) Bidang Mesin dan Teknik Industri.
Awan penggerak saat ini digadang-gadang menjadi inivasi solutif dalam mengatasi permasalahan di daerah 3T atau daerah khusus.
Baca Juga :Â BGP Papua Barat Beri Pelatihan Pemanfaatan Awan Penggerak Bagi Guru 3T
Kepala BGP Papua Barat, Tuning Supriyadi, MPd yang merupakan salah satu inisiator Awan Penggerak menceritakan berawal dari Leadership Development Program (LDP).
“Kita 11 UPT ini mendapat tugas bagaimana cara meningkatkan kompetensi pendidik di daerah khusus 3T,” ujarnya, Selasa (19/3/2024).
“Kepala UPT disuruh membuat empati terhadap kondisi dari daerah 3T atau daerah khusus. Kemudian merincikan kondisi nyata di lapangan,” sambungnya.
Ia menyebutkan bahwa BGP Papua Barat memberikan 30 solusi dan tersortir menjadi 1 solusi yakni awan penggerak.
“Untuk UPT yang ada dalam kelompok kami ada yang memberikan solusi pelatihan, sosialisasi dan lain sebagainya,” sebutnya.
“Setelah 11 UPT dikumpulkan dan disepakati 1 solusi saja yakni awan penggerak yang dirasa sangat solutif bagi daerah 3T atau daerah khusus,” sambung Tuning.
Tuning menuturkan bahwa BGP Papua Barat melakukan uji coba di dua kabupaten yakni Maybrat dan Tambrauw pada bulan Maret 2023.
“Setelah mendapatkan persetujuan dari Mendagri dan Komisi X DPR RI Sehingga pada 14 Maret 2024 awan penggerak dirilis secara nasional,” tuturnya.
“Saat ini, awan penggerak sudah berkembang dengan sangat baik dibandingkan saat uji coba,” tuturnya lagi.
Ia menyebutkan bahwa target dari awan penggerak ini adalah sekolah-sekolah yang memang tidak memiliki akses jaringan internet atau kecepatan di bawah 2 Mbps.
Sistem kerja awan penggerak, kata Tuning yakni menggunkan perangkat komputer atau Laptop sebagai servernya yang kemudian bisa diakses oleh para guru dan murid sebagai usernya.
“Meski tidak ada jaringan internet, guru dan murid bisa mengaplikasikan Platform Merdeka mengajar dan Merdeka belajar,” kata Tuning. (papuaku)
Pewarta : Bagus Wicaksono