SORONG, papuaku.com – Balai Guru Penggerak (BGP) Papua Barat turun langsung ke sekolah-sekolah guna memantau implementasi awan penggerak.
Kepala BGP Papua Barat, Tuning Supriyadi, MPd yang pimpin langsung peninjauan bersama dengan perwakilan Direktorat Dikmensus, Kapokja kemitraan di Direktorat guru Dikmensus, PTP Dikmensus, sub koordinator kemitraan direktorat guru paud dan tim PMN pengembang platform merdeka belajar. Jumat (1/9/2023).
Ia mengatakan beberapa sekolah yang mendapat kunjungan yakni SMPN 14 Kabupaten Sorong, SD INPRES 42 Kabupaten Sorong, SD inpres 50 Kabupaten Sorong.
Kemudian, SMPN SATAP NINJEMUR, SDN 138 WARDIK, dan beberapa sekolah lainnya terbagi dalam 3 daerah besar yaitu daerah Kabupaten Sorong, Sorong Selatan dan Tambrauw.
“Tujuan dari kunjungan ini untuk melihat pasca pelatihan implementasi awan penggerak dan sejauh mana rencana tindak lanjut yang telah tersusun,” ujarnya.
Tuning menyebutkan seorang guru wajib untuk meningkatkan kompetensi meskipun anggaran dari BGP Papua Barat dan Dinas Pendidikan terbatas.
“Terkait kebijakan implementasi kurikulum merdeka, bapak ibu guru harus belajar secara mandiri,” sebutnya.
Menurutnya, kebijakan Kurikulum Merdeka yg baru ini yang mana ada pelatihan level nasional, narasumber level nasional, kemudian turun menjadi instruktur tingkat provinsi, turun lagi ke tingkat kabupaten dan turun lagi ke level paling bawah yaitu guru sasaran.
Kendati demikian, yang menjadi persoalan pada kurikulum merdeka dengan pembelajaran secara mendiri memanfaatkan platform Merdeka Belajar di tanah Papua, sebagian besar guru tidak bisa menikmati.
“Berdasarkan data 80 persen yang posisi sekolah tidak ada jaringan,” katanya.
Ia mengungkapkan berdasarkan permasalahan tersebut, Tim 5 mencoba mencari sebuah solusi dengan pelatihan tatap muka strategi implementaasi kurikulum merdeka.
“Konsepnya mandiri. Sehingga dikembangkan awan penggerak yang bisa digunakan tanpa menggunakan jaringan atau mode offline,” ungkapnya.
Ia berharap dari pengembangan awan penggerak untuk menjawab kesulitan implementasi kurikulum merdeka di sekolah daerah terpencil dan akses jaringan internet yang kurang. (gos/red)