MANOKWARI, papuaku.com – Sekda Manokwari, Henri Sembiring mengatakan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem di Manokwari perlu adanya kerja sama lintas sektor.
“Pemerintah daerah kabupaten, tidak bisa bekerja sendiri menurunkan stunting dan kemiskinan ekstrem,” ujarnya, Rabu (10/5/2023).
Ia menyebutkan bahwa di pemerintahan ada bidang kesehatan bisa melakukan intervensi spesifik dan mendapat dukungan dari sektor lain melalui intervensi sensitif.
Ia mengungkapkan kasus stunting di Manokwari per tanggal 2 Mei 2023, sebanyak 391 kasus dari usia 0 hingga 59 bulan.
“Ini kita intervensi dan sekaligus mendapatkan pola asuh sehingga mewujudkan anak hidup sehat dan keluar dari zona stunting,” ungkapnya.
Ia menjelaskan stunting merupakan akibat kekurangan gizi yang secara kronis pada 100 hati pertama kehidupan.
“Mulai dari janin hingga usia 2 tahun,” jelasnya.
Ada beberapa penyebab anak menjadi stanting antara lain kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi baik pada masa remaja masa hamil maupun masa nifas dan terbatasnya layanan kesehatan baik pada masa hamil maupun masa bersalin.
“Inovasi bisa dikembangkan seperti dapur gizi di setiap puskesmas baik tingkatan kampung maupun distrik di bawah koordinator PKK,” katanya.
“Selain itu, mendapat bantuan dari petugas gizi dan bidan Puskesmas dalam menanggulangi masalah stunting yang ada di wilayah kerja masing-masing,” katanya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Papua Barat yang telah berkontribusi dan berjuang dalam membebaskan permasalahan stunting. (gos/red)