MANOKWARI SELATAN, papuaku.com – Penjabat Gubernur Papua Barat bersama Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK dan sejumlah OPD di lingkungan pemerintah Papua Barat mengunjungi Kabupaten Manokwari Selatan guna membahas percepatan penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem, Selasa (6/6/2023).
Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol (Purn) Drs. Paulus Waterpauw, M.Si mengatakan bahwa dirinya akan sering blusukan untuk mengurai permasalahan di tengah-tengah masyarakat.
“Untuk permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrem, perlu menyamakan persepsi agar bisa menuntaskannya,” ujarnya.
Kedatangan dirinya bersama rombongan membawa sebuah catatan baik dalam menangani stunting dan kemiskinan ekstrem.
Oleh karena itu, jika tidak ditindaklanjuti secara berjenjang, maka akan gagal dalam mencetak generasi emas di Papua Barat khususnya Manokwari Selatan.
Ia menguraikan berdasarkan data, stunting di Papua Barat tahun 2021 sebesar 26,2 persen dan naik di tahun 2022 menjadi 30 persen.
“Kita menargetkan hingga 2024 penanganan stunting bisa mencapai 14 perseb,” urainya.
Waterpauw menekankan bahwa penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem wajib menjadi perhatian serius dan tidak main-main.
“Kalau kerja sama-sama, selesai barang ini (stunting dan kemiskinan ekstrem). Program, aparat bagus dan dapat opini WTP tapi hasilnya masyarakat masih cacat begini berarti masih tidak bagus,” bebernya.
Sementara itu, Wakil Bupati Manokwari Selatan, Wempi W. Rengkung merincikan kasus stunting di Manokwari Selatan tahun 2022 sejumlah 91 anak yang tersebar di 6 distrik.
“Oransbari 54 orang, Ransiki 14 orang, Nenei 6 orang dan Distrik Tahota 1 orang,” rincinya.
Sedangkan di tahun 2023, total keseluruhan kasus stunting berjumlah 139 anak.
“Untuk darataran isim tahun 2022 belum ditemukan kasus namun tahun 2023 ditemukan 23 kasus stunting,” katanya.
Sementara untuk kemiskinan Ekstrem tahun 2022 mengalami penurunan sebanyak 485 KK dari awalnya 1.800 KK menjadi 1.469 KK.
“Total tahun 2023 adalah 984 Kepala Keluarga,” tutupnya. (**/gos/red)