MANOKWARI, papuaku.com – Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Papua Barat sempat mengalami penurunan realisasi investasi di tahun 2019 dan 2020 yang mana realisasi masing-masing sebesar 39 persen dari Rp6,064 triliun dan 23,4 persen dari Rp3,4 triliun.
Plt Kepala DPM PTSP, Sepnat Basna, SE MSi mengatakan saat ini investasi di Papua Barat terbuka lebar bagi para investor baik penanaman modal dalam negeri maupun luar negeri.
“Dari sisi keamanan juga aman, kemudian proses perizinan nya juga sangat mudah dan dengan adanya undang-undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja banyak sekali kemudahan dalam arti kemudahan perizinan,” ujarnya, Senin (31/10/2022).
Dari 13 kabupaten kota, lanjut Sepnat realisasi investasi yang paling cepat dan cukup banyak di Kabupaten Sorong berikutnya yakni Kota Sorong dan Raja Ampat.
“Daerah-daerah ini bisa menjadi contoh untuk kabupaten lain untuk menerima investor yang akan datang berinvestasi. Jangan kemudian diusir jika ada investor datang,” ucapnya.
Ia menyebutkan realisasi investasi di Papua Barat sempat mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2016 ketika ada pembangunan pabrik semen PT Conch Maruni.
“Ketika pandemi covid 19 investor tidak bisa masuk ke Papua Barat karena ada pembatasan wilayah. Akibatnya berpengaruh ke investasi,” sebutnya.
Ia berharap terjadi peningkatan di tahun 2022, sebab sudah memasuki pasca pandemi covid 19 dan sudah tidak ada lagi pembatasan wilayah.
“Dampak dari datangnya investor ke Papua Barat bisa membuka lapangan pekerjaan, penerimaan pajak daerah, pertumbuhan ekonomi meningkat,” katanya.
“Secara nasional DPM PTSP mendapatkan target si tahun 2022 sebesar Rp3,33 triliun,” imbuhnya. (RED)