MANOKWARI, papuaku.com – Orang tua korban perundungan di sekolah SD 35 Manokwari merasa kecewa dengan sikap sekolah setelah melaporkan kejadian tersebut. Seolah-olah pihak sekolah tidak menseriusi kejadian tersebut.
Orang tua korban, Bagus Wicaksono mengatakan setelah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah, kepala sekolah tak menanggapi dengan serius. Hingga kina tidak ada tindak lanjut dari pihak sekolah terkait kejadian Perundungan tersebut.
“Saya sudah melaporkan kejadian tersebut ke sekolah Senin 29 Agustus lalu, namun kepala sekolah beralibi karena sering pergantian guru kelas,” ujarnya di Manokwari, Sabtu (3/9/2022).
Ia mengaku dirinya mengetahui kejadian tersebut ketika merawat sang anak yang sedang sakit dan melihat luka lebam bagian pinggang.
Setelah mendesak sang anak, akhirnya korban mengaku bahwa telah mengalami perundungan hingga terdapat luka lebam dan bibir bagian bawah sobek yang dilakukan oleh teman sebayanya.
“Awalnya itu anak kami sakit. Saat kita berikat obat dan melihat ada lebam bagian pinggang. Setelah kita desak, akhirnya dia mengaku kalau dipukul sama temannya. Ternyata bukan disitu saja, tapi di bagian mulutnya sampai bibir bagian bawah luka,” bebernya.
Tak hanya itu, terungkap juga bahwa korban mengalami pemalakan di sekolah. Uang yang ada di dalam tas diambil oleh teman-temannya.
“Uang itu ada di dalam tas, kemudian sama temannya tas tersebut membuka dan mengambil uang. Dan itu terjadi berulang kali,” ucapnya menirukan perkataan anaknya.
Semestinya, lanjut Dia pihak sekolah setelah mendapat laporan langsung bertindak cepat guna memulihkan mental sang anak yang menjadi korban perundungan, dan menasihati teman-temannya agar tidak melakukan hal serupa bagi siapapun.
“Jawaban yang disampaikan kepala sekolah tersebut sangat tidak wajar sebagai seorang pendidik,” katanya.
“Kami sudah sempat lapor ke kepala sekolahnya tapi tidak ditanggapi dengan baik. Seharusnya ada respon pihak sekolah untuk mengembalikan kepercayaan diri anak setelah dirundung oleh temannya, namun sayangnya alibi yang dibangun adalah dikelas itu sering terjadi pergantian guru,” imbuhnya.
Bagus menilai, respon yang diberikan oleh sang Kepala Sekolah ini seakan menunjukan bahwa sekolah gagal dalam membina karakter anak sejak usia dini. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka akan memperburuk karakter generasi bangsa dimasa depan.
Dirinya berharap, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manokwari dapat mengambil langkah tegas terhadap pihak sekolah, agar hal serupa tidak kembali terjadi.
“Kenapa anak seumur itu sudah bisa melakukan tindakan seperti itu. Secara tidak sadar pihak sekolah gagal membina dan mendidik siswanya. Saya berharap Dinas Pendidikan dan pihak terkait untuk melakukan pengawasan melekat terhadap sekolah-sekolah agar kasus serupa tidak terjadi lagi,” tanya Bagus penuh harap.
Korban masih mengalami trauma yang cukup berat. Ironisnya sang anak sudah tidak ingin kembali ke sekolah tersebut. (RED)